Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menulis Paragraf Artikel OPINI

Oleh: Dedi Puwana & Agus Wibowo

Selain judul artikel opini yang “menggelitik, artikel yang mengesankan, tidak hanya dibuka dengan paragraf pembuka yang “nendang”. Lebih dari itu, ditutup dengan paragraf yang mengesankan pula. Paragraf pembuka yang “nendang” dimaksudkan untuk  memikat pembaca. Sedangkan paragraph penutup harus memberi kesan bermakna bagi pembaca. Merangkai tulisan dalam sebuah paragraph yang efektif memang tidak mudah, apalagi bagi penulis pemula. 

Menulis Paragraf Artikel OPINI
Foto oleh Anna Tarazevich dari Pexels

Paragraf yang efektif seyogianya memenuhi dua syarat, yaitu:  adanya kesatuan makna (koherensi), adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan hanya memiliki satu pikiran utama. Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah. Syarat yang kedua adalah kesatuan bentuk paragraph atau kohesi. Yang dimaksud kesatuan bentuk paragraph atau kohesi adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakkan di awal paragraf biasa kita sebut dengan paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf biasa kita sebut dengan paragraf induktif. 

Adapun ciri-ciri dalam membuat kalimat utama, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut. Ciri-ciri lainnya yaitu kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antar kalimat maupun kata penghubung intrakalimat. Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti, dan penggunaan kata sambung atau frasa penghubung antar-kalimat.

Kalimat-kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu (1) kalimat topik atau kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat awal suatu paragraf. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan sejumlah kalimat penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam kalimat utama itu menjadi semakin jelas. Beberapa ciri kalimat topik di antaranya: (a) mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut; (b) merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri; (c) mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain, dan (e) dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.

Adapun ciri dari kalimat penjelas di antaranya: (a) dari segi arti sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri; (b) arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam paragraf; (c) pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi; (d) isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung kalimat topik . Selanjutnya, kalimat-kalimat penjelas atau kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topik dengan empat cara, yaitu: (a) Dengan ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya); (b) Dengan pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran utama dan menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama; (c) Dengan contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan dalam kalimat topik; (d) Dengan pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide pokok. Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata “karena, sebab”.

Jika dilihat dari strukturnya, paragraf  biasanya  berkaitan  dengan  pengurutan letak kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas, atas dasar kategori kalimat dalam paragraf tersebut. Berdasarkan kriteria ini, maka struktur paragraf dapat dikategorisasikan menjadi: (a) Paragraf deduktif, yaitu paragraf yang kalimat  utamanya terdapat  pada  awal  paragraf  dan  diikuti  dengan  kalimat kalimat penjelas; (b) Paragraf induktif, yaitu paragraf yang kalimat  utamanya terdapat di  akhir  paragraf dan  didahului  dengan  kalimat-kalimat penjelas; (c) Paragraf campuran, merupakan gabungan dari deduktif dan induktif. Kalimat  utamanya  terdapat  pada  awal  dan  akhir  paragraf,  diselingi dengan kalimat-kalimat penjelas, dan (d) Paragraf tanpa kalimat utama (paragraf Narasi, yaitu paragraf yang tidak memiliki kalimat pokok, namun memiliki ide pokok). Biasa terdapat di teks cerita dan berbentuk deskripsi.

Agar paragraf kita menjadi menarik, maka pengembangannya dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya: (a) Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan ruang dan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan tedadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan, dan (b) Pengembangan paragraf berdasarkan posisi tertentu dalam suatu rangkaian berupa posisi yang tertinggi atau paling menojol. Jika posisi yang tertinggi itu diletakkan pads bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali rangkaian dengan posisi paling menonjol kemudian makin lama makin tidak menonjol disebut antiklimaks.

Tidak gampang memang. Jangankan penulis pemula, penulis yang sudah lama dan terbiasa membuat artikel, mengawali atau membuka paragraf itu bukan perkara gampang. Penulis ternama sekaliber Ernes Hemingway, konon menghabiskan waktu lama hanya untuk membuat kalimat pembuka pada paragraf—dalam kisah yang lain paragraf pembuka. Intinya, paragraf pembuka yang menarik, tidak hanya memancing pembaca untuk melirik dan membaca artikel kita. Bahkan, menurut pengakuan beberapa redaktur surat kabar ternama, dalam menyeleksi tulisan yang layak muat, pembuka paragraf dijadikan indikator utama.

Beberapa tips membuat paragraf pembuka yang menarik dan menggoda pembaca untuk melahap tulisan kita. Pertama, buka paragraf dengan pertanyaan. Beberapa artikel yang cukup digemari pembaca, membuka paragraf dengan pertanyaan. Kedua, buka paragraf dengan kutipan terkenal. Kutipan ini selain sebagai teori dasar, juga akan menggiring bahkan meyakinkan pembaca bahwa tema yang kita angkat sangat urgen. Ketiga, buka paragraf dengan analogi. Paragraf yang dibuka dengan analogi ini merupakan salah satu jenis paragraf yang dikembangkan dengan metode induksi. Atau dengan kata lain, paragraf analogi merupakan Paragraf Induktif yaitu paragraf yang diawali dengan hal–hal khusus dan kemudian disimpulkan menjadi suatu hal yang umum. Selain itu paragraf analogi juga merupakan paragraf yang gagasan utamanya disampaikan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki banyak kesamaan. Kesamaan – kesamaan tersebut lah yang dijabarkan pada awal – awal paragraf. Kemudian, kesamaan – kesamaan tersebut ditarik menjadi satu buah kesimpulan umum. Keempat, buka paragraf dengan kutipan data atau statistik. Sebagaimana kutipan terkenal, data atau statistik ini akan mendukung dan menguatkan paragraf yang kita buat. Pembaca akan merasa yakin bahwa artikel kita memang penting dan layak dibaca. Data statistik terkait dengan pasar bisnis terutama, akan sangat membantu pembaca yang kebetulan tengah memulai sebuah usaha.

Artikel yang mengesankan, tidak hanya dibuka dengan paragraf pembuka yang menarik. Lebih dari itu, ditutup dengan paragraf yang menarik pula. Hal demikian jarang diperhatikan oleh penulis pemula bahkan yang sudah senior pun. Mereka sering menganggap paragraf penutup itu tidak penting, sehingga dibuat sekenanya saja—tidak perlu dibuat menarik dan mengesankan. Anggapan ini tentu saja keliru. Pembaca justru akan memiliki penilaian lebih terhadap artikel kita, manakala paragraf penutup kita susun sangat mengesankan.

Paragraf penutup, selain berisi harapan dan doa dari penulis, biasanya juga berisi kesimpulan. Penulis pemula lebih sering membuat kesimpulan yang tidak menarik. Padahal, banyak orang yang mencari informasi dari artikel ingin serba cepat. Untuk itu, orang cenderung menyimak paragraf pembuka dan akhir sebuah tulisanapalagi untuk tulisan panjangterlebih dahulu baru memutuskan apakah mereka akan lanjut membaca atau tidak.

Kesimpulan yang diletakan di akhir tulisan menjadi ringkasan atau penjabaran ide utama tulisan. Dari kesimpulanlah, orang menemukan isi utama artikel kita dan mengetahui secara ringkas akan hal menarik apa saja yang dibahas dalam tulisan tersebut. Selanjutnya, kesimpulan merupakan edisi “sachetan” dari sebuah tulisan. Kesimpulan akan dibawa kemana-mana oleh si pembaca dan menjadi pegangan jika sewaktu-waktu dia butuh untuk mengingat inti informasi dari tulisan Anda. Kesimpulan juga menjadi penanda akhir tulisan agar pembaca tahu sampai manakah batas pembahasan tulisan Anda (memfokuskan topik).

Jelas sudah bahwa artikel opini yang menarik minat pembaca memerlukan strategi tersendiri dari penulis. Selain judul yang “menggelitik”, paragraf pembuka dan penutup seyogianya juga dikemas sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Tertarik untuk mendalami pernak-pernik menulis artikel opini, silakan baca buku Lincah Menulis Artikel Ilmiah Populer & Jurnal (Teori & Praktik). Semoga artikel ini bermanfaat bagi sobat dunia kampus.

Posting Komentar untuk "Menulis Paragraf Artikel OPINI "